TELAH beberapa purnama...
tidak aku membuka diri...
menyampai khabar berita buat mereka...
kini tergerak hati...
melaksana ia akan aku...
mengirim diri dialam nyata didalam bayang...
MULA langkah telah diatur...
selangkah kedepan demi menyusun...
pabila bayang datang membayang...
tercampak aku didalam bayang...
JELAS kini dihadapan mata...
bagai melihat lakunan semula...
bayang menghilang dihadapan mata...
gerak lakunan dimain semula...
kisah bermula di tanah jawa...
bergulung dalam lipatan abadnya...
dua kekasih bermula cinta...
tari disambut geri hatinya...
tanda berkumtum kasih juga cintanya...
bertemu semula ditepian sumur...
bermadu kasih tetap adat dijunjung...
janji setia mula ditabur..
kan jejak kakinya di tanah daulat dijunjung...
dimana tanah mu tetap ku pijak,
dimana udaramu tetap sama ku bernyawa...
walau ber aral tidak ku berganjak...
kerana padamu telahku serahkan nyawa...
berpisah mereka diselang waktu...
pulangnya laksamana mengunung rindu...
puteri dikasih duduk termenung...
berharap tali dapat disambung...
banyak purnama telah lamanya...
puteri resah rawan rindunya...
ikutkan kata hati berangkatlah ia...
ke gunung menanti arjunanya dia...
khabar diterima ditanah berdaulat...
sang laksamana menerima perintah rajanya...
bersarat dihati rindu tak terubat...
meminang puteri buat pemerintahnya...
pertama kali bertentang mata...
jantung terhenti jiwa berbicara...
bagai hilang telah isi segalanya...
bersatu laksamana bersama puteri indahnya...
namun perintah tidak boleh dipersia...
junjungan daulat perlu diterima...
walau kasih mengunung dipandang sia...
walau cinta belum mekar berbunga...
khabar duka disampaikan jua...
walau hati terguris dan luka...
puteri menangis tidak terkira...
kasih diharap racun yang menimpa...
syarat diberi tanda murka nya...
7 dulang bersulam darah istimewa...
bukan niat memberatkan cara...
hanya petanda pinangan tidak diterima....
kecewa laksamana bukan kepalang...
terhiris hati daulat dijulang...
larilah dia hingga senja menjelang...
membawa diri dirasa walang...
sari dibuang dicantuman sumur...
di tiga arah dia berjemur...
mengukir janji dipahat umur...
tidak kan jejak kaki di negeri makmur...
murka sultan bukan kepalang...
walau rebah istana beralang...
sumpah daulat kini dijulang...
pabila terlihat kan tumpah darah berulang-ulang...
hilang puteri disebalik gunung...
membawa diri duduk termenung...
menanti laksamana disebalik relung...
kerna cintanya tidak berpenghujung...
alamat diberi sapaan diri...
hadir laksamana menunjukkan diri...
maaf dipohon memperkenalkan diri...
agar puteri tidak terus menunggu lagi...
''kau dan aku bersama erti...
diriku ini bagai kamu didalam diri...
sama kita di adab adat dan diri...
tidak mungkin cinta ini dapat bersemi...''
kabur pandangan bayang menghilang...
tertolak aku disebalik limbungan...
terkedu kata lisan terpalang...hilang aku dalam bayangan....
balik aku ketempat asal...
dimana mula disitu akhirnya...
sedikit hati tidak menyesal...
kerana terjawab cerita hikayat akhirnya...
sari masih menunggu keturunannya...
berdarah waja cekal hatinya...
di cantuman tiga sumur adanya...
meniti detik kan keluarlah ia...
''tanah itu yang kamu pijak,tanah itu jualah yang ku pijak,
udara itu yang kamu sedut,udara itu jualah yang aku terima...''
''cinta itukan kekal bersama ku digunung ini...
bersemadi disebalik awan...
dilata ke tujuh bersemayan diriku kini...''
yang disangka laksamana rupanya punya lenggok pada jalannya...
yang disangka tegap,rupanya punya lekuk pada tubuhnya...
''HIKAYAT RAHSIA...''